PENGANTAR BISNIS
GERAI 7-ELEVEN DI INDONESIA
Disusun Oleh :
Nama : Dinda Rizky Amalia
Kelas : 1EB18
NPM : 21217751
UNIVERSITAS GUNADARMA
PTA 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
Kehadiran 7-Eleven di Inonesia menunjukan bahwa pemain baru tetap dapat
memiliki kesempatan dalam mengembangkan bisnisnya meskipun situasi industri
ritel Indonesia yang sangat penuh dengan persaingan. Sejak dibukanya gerai 7-Eleven
di pada tahun 2009 hingga tahun 2010 telah menunjukan bahwa ini awal yang baik
untuk bisnis ritel ini. Namun Manajemen PT Modern Internasional Tbk (MDRN) akan menutup seluruh gerai
7-Eleven yang di bawah anak usaha perseroan yaitu PT Modern Sevel Indonesia.
Penutupan seluruh gerai 7-Eleven di Indonesia mulai dilakukan 30 Juni 2017.
BAB II
ISI
PT Modern Sevel Indonesia menutup
seluruh gerai 7-Eleven pada 30 Juni 2017 lalu. Pihak manajemen menyatakan ada
beberapa alasan pihaknya menutup gerai tersebut, seperti menyelamatkan lini
bisnis lain, keterbatasan sumber daya untuk menunjang ongkos operasional, hingga faktor
regulasi pemerintah.
Sepanjang kuartal I-2017 kinerja
keuangan Sevel sangat jeblok. Pada periode tersebut perusahaan mengalami
kerugian sebesar Rp447,9 miliar. Angka tersebut berbanding terbalik dengan
kondisi perseroan di kuartal I-2016 yang masih mampu membukukan laba sebesar
Rp21,3 miliar. Akibat penutupan seluruh gerai tersebut pihak
manajemen juga memberhentikan sebanyak 1.200-1.300 karyawan.
Akademisi dan praktisi bisnis, Rhenald Kasali, angkat bicara
mengenai penutupan gerai 7-Eleven di
Indonesia. Ia menilai ada berbagai faktor dapat membuat bisnis alami
kemunduran. Terkait penutupan gerai 7-Eleven ada kabar yang menyebutkan kalau
bisnisnya terlalu cepat besar, tidak merespons kebijakan, dan konsep nongkrong
yang gagal.
PT Modern Internasional Tbk
melalui anak usahanya PT Modern Sevel Indonesia mengelola gerai 7-Eleven dengan
konsep berbeda dari bisnis minimarket lainnya. Mereka menyediakan fasilitas
wifi, berbagai macam makanan ringan, dan kopi. Fasilitas ini mendorong
masyarakat terutama anak muda betah nongkrong di gerai 7-Eleven. Konsep ini
pula yang membuat sejumlah minimarket lainnya meniru model bisnis 7-Eleven.
Oleh karena itu, Rhenald
menilai konsep nongkrong yang gagal itu kurang pas. Lantaran PT Modern
Internasional Tbk melalui anak usahanya PT Modern Sevel Indonesia (MSI) mampu
mencetak penjualan mencapai Rp 1 triliun pada 2012.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
7-Eleven ini kurang mempertimbangkan kemampuan
ritelnya dengan segala persoalan yang dapat mejantuhkan kapan saja ritel
tersebut. Kurangnya penguasaaan bisnis dalam segala hal yang dapat memberikan
laba pada ritel ini, sehingga menjadikan
ritel ini bangkrut di Indonesia.
3.2 Saran
Sebaiknya ritel ini memahami kembali tentang
penguasaan bisnis dan cara mempromosikan kemasyarakat tanpa merugikan pemilik,
pelayan dan pelanggan.
BAB IV
REFERENSI
http://bisnis.liputan6.com/read/3004430/memetik-pelajaran-dari-kasus-gerai-7-eleven-di-indonesia